Oleh : Melan Safitri
Namanya Zhifana Adhistira, gadis yang memiliki paras cantik nan manis. Belum lama ini dia sering merasakan nyeri dan sakit pada kepalanya akibat benturan yang dilakukan oleh teman sekolahannya. Sampai pada suatu ketika, dia tak sadarkan diri karena rasa sakit itu dan langsung dibawa ke rumah sakit.
Di sanalah dia bertemu dengan seorang pria tampan yang berprofesi sebagai Dokter tapi datar, apa maksudnya datar? Dia adalah pria yang sulit untuk jatuh hati lagi setelah kekecewaannya pada mantan kekasihnya, yang tega mengkhianatinya.
Perjalanan kisah cinta yang panjang, dan dapat dibilang sangat rumit. Memiliki segudang masalah dan perdebatan yang terus mengalir dalam kisah percintaan mereka berdua.
Akankah cinta mereka menyatu? Akankah Tomy dapat membuka hatinya kembali kepada wanita? Atau kisah cinta mereka akan berakhir tragis dan tidak bahagia?
Silahkan baca dengan seksama, kalian akan terjebak dalam dunia mereka berdua.
“Bunda, kepalaku sakit.”
Suara teriakan seorang gadis berusia 16 tahun yang kesakitan dikepalanya, Zhifana Adhistira gadis cantik yang merasakan sakit dikepalanya selama beberapa hari ini.
“Zhifa, sayang kita kerumah sakit sekarang ya nak,” ucap wanita yang berusia 37 tahun kepada sang anak yang merintih kesakitan.
Laras langsung membawa sang anak melaju ke rumah sakit sendiri, karna sang suami belum pulang bekerja, sesampainya di rumah sakit Laras langsung memanggil Perawat untuk membawa anaknya segera ke ruangan periksa.
Zhifa sudah ditangani oleh sang Dokter, Laras tampak sangat khawatir Dia langsung menelfon suaminya untuk segera menuju ke Rumah sakit Mitra Jaya.
Tak lama setelah itu sang suami datang menghampiri Laras dengan wajah yang nampak sangat khawatir mengenai keadaan anaknya Zhifa.
“Bun, gimana keadaan zhifa sekarang?” tanya rudi kepada sang istri untuk memastikan keadaan anaknya baik-baik saja.
“Dokter masih meriksa Zhifa yah, gimana Zhifa sekarang yah, ini semua salah bunda, bunda kurang memperhatikan Zhifa yang sering kesakitan di kepalanya Yah.”
Laras tampak sangat merasa bersalah atas keadaan anaknya sekarang
“Jangan nyalahin diri sendiri, ini udah takdir kita doakan aja supaya Zhifa nggam kenapa-kenapa, Bun.” Rudi tampak cemas, tetapi dia berusaha tegar agar istrinya berhenti menangis.
Setelah dua jam menunggu, akhirnya seorang dokter muda keluar dari ruang periksa tempat Zhifa diperiksa tadi.
“Dengan keluarga Zhifa?” tanya sang Dokter kepada Rudi dan Laras.
“Iya Dok, saya bundanya Zhifa, bagaimana keadaan anak saya Dok?” tanya Laras kepada sang Dokter dengan terburu- buru.
“Ada darah yang menggumpal dikepala Zhifa, kami masih melakukan penelitian apakah bisa disembuhkan tanpa operasi atau harus dioperasi, untuk sekarang ini Zhifa harus dirawat intens dirumah sakit untuk memastikan keadaannya agar baik- baik saja.”
“Baiklah Dok, lakukan yg terbaik untuk anak saya Dok,” ucap Rudi kepada sang dokter.
“Baiklah Pak Bu, kami akan membawa Zhifa keruang inap sekarang,” jawab sang Dokter kepada kedua orang tua Zhifa.
Zhifa sudah dibawa di ruang inap, sekarang dia sudah dipasangkan selang infus dan Zhifa sekarang sudah sadar, sang Bunda masih menatap sendu sang anak yang terbaring lemah diatas ranjangnya.
Tak lama datanglah Dokter untuk memeriksa Zhifa, Tomy zafrandi, seorang Dokter tampan muda yang keliatan sedikit dingin memasuki ruangan Zhifa.
“Bagaimana keadaanmu sekarang? Apakah kepalamu masih sakit Zhifa?” tanya Tomy kepada Zhifa sambil memeriksa keadaannya sekarang.
“Kepalaku sudah sedikit membaik Dokter, apakah aku akan lama dirawat disini? Aku benar-benar tidak suka bau rumah sakit, tolong sembuhkan aku sesegara mungkin Dokter.”
Pinta Zhifa kepada Tomy dengan memelas, dia sangat tidak menyukai rumah sakit apalagi bau rumah sakit yg berbau obat- obatan.
Tomy tersenyum, dan menganggukan kepalanya sebagai isyarat bahwa dia akan merawat Zhifa dengan baik agar dia bisa pulih dengan cepat.
“Pak, Bu, sebaiknya Bapak dan Ibu pulang terlebih dahulu, banyak barang-barang yang belum kalian bawa, dan juga kalian berdua pasti belum makan, pulanglah soal Zhifa saya akan merawatnya disini sampai kalian kembali lagi kesini,” ucap Tomy kepada ayah dan bunda Zhifa yang keliatan masih sangat cemas dengan keadaan sang anak.
“Iya Yah Bun, Ayah sama Bunda pulang dulu ya, Zhifa di sini aja, kan ada Dokter di sini yang jagain Zhifa.”
ucap Zhifa setuju kepada Tomy untuk menyuruh ayah dan bundanya pulang.
“Baiklah nak, ayah dan Bunda pulang dulu yah, Dokter kalau ada apa-apa tolong langsung hubungi kami,” ujar Rudi kepada Tomy.
“Pasti, Pak.” Tomy menganggukan kepalanya dan tersenyum kepada Laras dan Rudi.
Orang tua Zhifa sudah ke luar ruangan Zhifa, gadis ini hanya mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangannya, dan memulai berbicara dengan Tomy.
“Dokter, apakah anda tidak merasa bosan berada dirumah sakit terus? Aku saja yang baru masuk di sini sudah merasa sangat bosan di sini karna bau obat-obatan.” tanya Zhifa kepada Tomy dengan mata yang tertuju padanya.
“Tidak, aku sangat senang disini, karena ini impianku sejak kecil,” jawab Tomy kepada Zhifa.
“Dokter, apakah kau tidak takut darah? Bagaimana perasaanmu saat mengoperasi orang dan melihat darah?” tanya Zhifa yang sedikit penasaran
“Tidak, aku tidak takut darah, oh ya tolong jangan panggil aku Dokter.”
pinta Tomy yg sedikit terganggu karna dipanggil dokter oleh Zhifa.
“Hmm, apakah aku harus memanggilmu Bapak?” tanya Zhifa
“Apakah aku keliatan sangat tua? Sampai kamu memanggilku Bapak?” tanya Tomy kepada Zhifa dengan nada ketus.
“Ah tidak, kau kelihatan masih muda dan sangat tampan,” ucap Zhifa kepada Tomy dengan terkekeh pelan.
“Hmm, itu kamu tau, panggil saja aku kakak,” ucap Tomy sambil menyunggingkan senyuman manis berlesungnya.
‘Oh yaampun, dia sangat tampan,’ batin Zhifa.
“Kakak? Kak Tom?” ucap Zhifa kepada Tomy.
Tomy hanya tersenyum saja sambil mengecek keadaan Zhifa sekarang, apakah dia sudah lebih baik sekarang dan langsung duduk kembali di sebelah Zhifa setelah selesai memeriksanya.
“Kak, apa Kakak tidak ada pasien lain untuk diperiksa?Kenapa Kakak hanya memeriksaku saja?” tanya Zhifa sedikit heran kepada Tomy yg setia duduk di sebelahnya.
“Tidak, Dokter disini banyak dan aku telah disewa oleh ayahmu untuk menjadi Dokter pribadimu, jadi aku harus merawatmu,” jawab Tomy kepada Zhifa.
Keadaan kembali hening, tak ada yang membuka suara dan sekarang Zhifa juga sudah tertidur akibat efek obat yang diminumnya.
‘Gadis cerewet, cantik, benar benar cantik,’ batin Tomy. (Bersambung)