Oleh : Melan Safitri
#KakTom2
‘Gadis cerewet, cantik, benar benar cantik,’ batin Tomy.
Tomy memperhatikan wajah Zhifa tanpa sadar senyumannya terukir di bibirnya, bulu mata yang lentik, bibir tipis yang manis yang menandakan cerewetnya gadis ini, hidung mancung, Tomy benar-benar kagum kepada Zhifa, tanpa sadar tangannya mengusap lembut wajah Zhifa.
“Eugh.” lenguh Zhifa saat Tomy mengusap lembut wajahnya.
Tomy tersenyum saat mendengar suara lenguhan Zhifa, terlihat sangat jelas kalau gadis ini sangat tidak menyukai keadaan dirumah sakit, gadis yang sangat takut ketika melihat darah,
‘Aku janji, aku akan merawatmu dan membawamu pulang dengan cepat Zhifa,’ batin Tomy,
Tomy mendengar kenop pintu ruangan Zhifa terbuka, menampilkan siswa siswi beserta dengan satu guru yang bersama mereka, mungkin teman sekelas Zhifa dan wali kelasnya.
“Assalamualaikum.” ucap mereka serentak,
“Waalaikumsalam, silahkan masuk.” Tomy mempersilahkan mereka masuk ke ruangan Zhifa.
Tomy membangunkan Zhifa dengan sedikit mengguncang tubuhnya agar gadis ini bangun, tak lama Zhifa terbangun dan melihat semua temannya dan wali kelasnya sudah ada didepannya.
“Bangun, ada teman-temanmu dan wali kelasmu,” ujar Tomy,
“Mereka sudah lama datang kak? Ah, bagaimana ini, bahkan aku belum sempat mencuci mukaku kak.”
Zhifa sangat malu karna dia belum mandi sedari pagi bahkan mencuci muka pun tak sempat, karna sang Bunda langsung membawanya ke rumah sakit.
“Sudah tidak apa-apa Zhifa, bagaimana keadaanmu sekarang, Nak?” tanya seorang Guru kepada Zhifa.
“Alhamdulillah Bu, kepala Zhifa sudah sedikit membaik walaupun masih terasa sakit,” jawab Zhifa kepada Bu Ratih.
“Kamu harus banyak-banyak beristirahat ya, agar keadaanmu kembali normal,” ucap Bu Ratih sambil membelai lembut rambut Zhifa.
Zhifa hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya sebagai isyarat dia mendengarkan perkataan gurunya itu,
Di sofa tempat duduk, tampak Tomy sedang memperhatikan Zhifa, walaupun memiliki wajah yang dingin dan sedikit jutek, tapi entah kenapa Tomy merasa sangat bahagia ketika dia melihat Zhifa tersenyum, rasanya hatinya juga ikut bahagia melihat kebahagiaan gadis cantik itu.
“Zhifa, kangen.”
rengek seorang gadis bermata sipit, Manda dia adalah teman sebangku Zhifa dan sahabatnya.
“ihh, lebay deh, baru juga empat hari Man, kan aku juga cuman sakit nggak meninggal,” jawab Zhifa kepada sahabatnya itu.
“Dih, orang khawatir juga, lagian nih ya selama kamu nggak ke sekolah, aku nggak bisa nyontek fisika, kan kamu tau kalau aku nggak bisa jawab soal-soalnya.”
“Huu, kirain kangen beneran, ternyata karna nggak bisa dapet contekan.” Zhifa memutar bola matanya dengan malas,
Manda hanya terkekeh pelan, selain cantik, Zhifa juga pintar dan berprestasi di sekolahnya, maka dari itu semua Guru mengenalnya karna kepintarannya.
“Zhif, tante Laras sama om Rudi dimana? Kok nggam keliatan sih?” Manda celingak celinguk mencari kedua orang tua Zhifa yang tak kelihatan,
“Bunda sama ayah udah pulang ngambil barang-barang keperluan aku,” jawab Zhifa,
“Ooh, terus itu yg duduk disana siapa? Pacar kamu Zhif? Atau suami kamu? Wah parah ni udah nikah kok nggak bilang ke aku sih.” tanya Manda penasaran kepada Zhifa,
Pltak ….
“Kalo ngomong itu dijaga, apaan sih suami-suami, aku itu masih sekolah, dia itu kak Tomy Dokter pribadi aku yg disewa ayah.”
Zhifa menjitak kepala Manda karna perkataannya tadi.
“Aww, nggak usah dijitak juga kali sakit tau, tapi btw Dokter kamu tampan juga Zhif.”
Ucap Manda kepada Zhifa sambil matanya melirik kepada Tomy, Tomy pun melihat ke arah mereka berdua, Tomy tersenyum manis ke arah mereka,
“Ya ampun Zhif, tampan banget.” Manda berkata dengan centil,
“Idihh lebayy, orang biasa aja tuh mukanya dia,” Jawab Zhifa,
“Awas kecantol Zhif, kemakan omongan sendiri ntar.” Manda memperingati Zhifa karna perkataannya tadi,
‘Kalau diliat-liat sih, kak Tomy emang tampan, tampan banget malahan,’ batin Zhifa.
Sudah pukul 3 sore, semua teman-teman Zhifa dan wali kelasnya pamit untuk pulang, termasuk Manda gadis ini juga berpamitan kepada Zhifa,
“Aku pulang ya, cepet sembuh, oh iya Dokternya tampan tuh.” Manda berbisik kepada Zhifa agar tak didengar oleh Tomy,
“Issh apaan ih, iya udah sana pulang hati-hati yah,” ujar Zhifa kepada Manda dengan senyum yg terukir di bibir tipisnya.
mereka pun pergi meninggalkan ruangan Zhifa, Zhifa tampak sangat sedih karna tidak bisa datang kesekolah seperti biasa, Tomy yg melihat pun duduk di sampingnya.
“Udah kangen sekolahan?” tanya Tomy pada Zhifa,
“Hmm, iya kangen banget, aku nggak suka Kak disini terus, bantuin Zhifa ya Kak bantuin aku sembuh ya Kak.”
Zhifa memelas kepada Tomy dengan tangannya memegang pergelangan tangan Tomy.
Deg ….
Fantung Tomy berdegup sangat kencang karna Zhifa memegang pergelangan tangannya.
‘Ada apa denganku? Tak mungkin secepat ini,’ batin Tomy,
“Iya Dek, kakak bakal berusaha yang terbaik, agar kamu cepat sembuh.” jawab Tomy.
“Terima kasih Kak, Kakak dulu waktu di sekolahan itu gimana sih? Pasti pinter yah, kan Kakak udah jadi Dokter sekarang.” Zhifa menanyai tentang masa sekolah Tomy,
“Nggak, kakak dulu nakal,” jawab Tomy,
“hah? Masa sih Kak? Kakak nakalnya gimana?” tanya Zhifa sedikit kurang percaya.
“Nakal, suka gangguin cewek,” Tomy menjawab pertanyaan Zhifa dengan sedikit tertawa,
“Ish, kakak.” Zhifa memukul pelan lengan Tomy,
‘Tertawalah, tawamu adalah kebahagiaan tersendiri untukku Zhifana Adhistira,’ (Bersambung),