Oleh : Melan Safitri
#KakTom3
‘Tertawalah, tawamu adalah kebahagiaan tersendiri untukku Zhifana Adhistira,’ batin Tomy.
Setelah Zhifa dan Tomy tertawa, terdengar pintu ruangan Zhifa terbuka, ternyata seorang yang mengantarkan makan siang untuk pasien.
“Permisi, ini makan siangnya,” ucap seorang pelayan Rumah Sakit tersebut.
“Oh, iya terima kasih.” Tomy mengambil nampan yang berisi makanan dan minuman untuk Zhifa.
Tomy langsung kembali menuju tempat duduknya, dan langsung memberikan nampan itu kepada Zhifa.
“Ini, makan dulu.”
Perintah Tomy kepada Zhifa yang masih terkulai lemas diatas ranjang tidurnya.
“ish kakak, aku masih lemas kak nggak kuat makan sendiri.” tolak Zhifa saat Tomy menyodorkan nampan berisi makanan itu kepadanya.
“Oh, maaf aku lupa, baiklah aku akan menyuapimu makan sekarang,” ucap Tomy.
Tomy langsung membantu Zhifa bangkit dari ranjangnya agar dia bisa mudah menyuapi Zhifa makan, saat Tomy ingin menyuapinya Zhifa sempat bertanya kepada Tomy.
“Kak, bunda sama ayah mana? Kok belum balik-balik sih?” tanya Zhifa kepada Tomy yang hendak menyuapinya makan.
“Mungkin mereka masih menyiapkan beberapa barang untukmu, banyak barang yang diperlukan di sini, cepat buka mulutmu,” suruh Tomy kepada Zhifa agar gadis itu membuka mulutnya.
Saat Tomy sedang menyuapi Zhifa, matanya tak henti-henti menatap gadis imut itu, seakan akan hatinya berkata bahwa dia sangat mengagumi sosok seorang Zhifa.
disaat suapan ketiga memasuki mulut Zhifa, pintu ruangan terbuka, ternyata orang tua Zhifa kembali dengan membawa beberapa barang keperluan untuk anaknya itu.
“Bunda, Ayah lama banget sih kesininya.”
Zhifa mengerucutkan bibirnya pertanda bahwa dia sadang kesal kepada ayah bundanya.
“Kan Bunda sama ayah lagi nyiapin keperluan kamu, nak,” ucap sang Ibunda kepada anaknya.
“Lagian, kan di sini ada Dokter Tomy yang nemenin kamu.” lanjut sang Bunda.
Tomy yg mendengar namanya disebut hanya tersenyum dan menatap Zhifa yang masih mengerucutkan bibirnya.
saat mereka sedang berbincang-bincang, seorang perawat datang menghampiri Tomy.
“Permisi Dokter, hasil testnya telah selesai, bisakah Dokter ikut ke laboratorium untuk melihatnya kembali?” tanya seorang perawat kepada Tomy.
“Baiklah, saya akan segera ke sana,” ujar Tomy kepada perawat tersebut.
Zhifa yang melihat itu hanya diam dan menatap tak paham kepada perawat dan Tomy tadi.
“Pak, Bu saya permisi, saya harus melihat tesnya ke Laboratorium.” Tomy berdiri dari tempat duduknya dan langsung permisi pergi.
Kedua orang tua Zhifa hanya menganggukan kepala mereka secara bersama, sedangkan Zhifa hanya diam menatap Tomy yang telah pergi.
Bunda Zhifa melanjutkan suapan makanan kemulut anaknya tersebut tanpa berkata apapun, merasa tak ada yg berbicara Zhifa membuka suaranya.
“Ayah, Ayah udah sewa kak Tomy jadi Dokter pribadi Zhifa ya Yah?” Zhifa menatap sang Ayah yang sedang duduk disofa.
Ayah Zhifa menatap anaknya yang sedang mengunyah makanan yang masuk kedalam mulutnya, dan menjawab pertanyaan sang anak.
“Iya, ayah sengaja sewa Tomy untuk jadi dokter pribadi kamu, supaya ayah nggak khawatir lagi, lagian Tomy itu dokter yang paling diandalkan disini makanya Ayah sewa dia,” jawab Rudi kepada anaknya.
Zhifa hanya ber’oh’ ria saja, dan menganggukan kepalanya paham,
Zhifa telah selesai makan, sekarang dia hanya berbaring diatas ranjang dengan perasaan yang benar-benar bosan karna dia harus berbaring disini.
Tak lama Tomy masuk keruangan dengan membawa sebuah map hasil tes Zhifa tadi, Tomy hanya menundukkan kepalanya kebawah, dia bingung harus mengatakan apa kepada mereka kalau Zhifa harus segera dioperasi.
Setelah lama menundukkan kepalanya, Tomy memberanikan diri menatap mereka semua yang tampak sangat bingung kepada Tomy, diapun langsung membuka suaranya dan memberitahu kepada mereka.
“Pak, Bu Zhifa harus dioperasi, tak ada jalan lain selain mengoperasi kepalanya yang mengalami gumpalan darah disana sebelum semakin fatal.” Tomy memecahkan keheningan disana
Zhifa yang mendengar hal itu langsung meraung-raung menangis, dia sangat takut dioperasi, jangankan operasi sewaktu perawat memasangkan infus ke tangannya saja dia sudah merintih kesakitan, apalagi menjalani operasi.
“Bunda, Zhifa takut dioperasi Bun.” Zhifa menangis didalam pelukan sang Ibunda.
“Zhifa sayang, kamu harus dioperasi sebelum ini semakin parah, nak.” Laras menenangkan anaknya yang sedang menangis dengan mengusap lembut rambut sang anak.
“Iya nak, Zhifa harus dioperasi, ayah janji Dokter Tomy pasti melakukan yg terbaik untuk kamu.” Rudi ikut menenangkan sang anak.
Tomy yang melihat itu merasa sangat tidak tega terhadap Zhifa karena dia sangat takut dioperasi, untuk menenangkan Zhifa Tomy duduk di bangku yang berada di sebelah ranjang Zhifa sambil menggenggam erat tangan Zhifa meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
“Zhifa, apa kamu tidak mau sembuh? Katanya tidak suka berada dirumah sakit bukan, dan katanya kamu juga sangat merindukan sekolahanmu bukan?” tanya Tomy kepada Zhifa.
“Iya Kak, tapi aku takut dioperasi,” jawab Zhifa.
“Percaya padaku, aku akan berusaha melakukan yang terbaik agar semuanya berjalan dengan lancar,” ujar Tomy kepada Zhifa.
sekarang kedua tangan Tomy berada diatas tangan Zhifa, agar gadis ini merasa jauh lebih tenang.
“Dan aku juga janji, jika operasinya lancar aku akan membawamu pulang ke rumah dan merawatmu di rumah bukan di sini lagi, aku janji.” bujuk Tomy kepada Zhifa.
Zhifa sudah sedikit tenang atas perkataan Tomy padanya, apalagi disaat Tomy mengatakan kalau dia akan merawat Zhifa dirumah bukan disini, Zhifa sudah sangat tenang mendengarnya.
“Kakak janji akan membawaku pulang dan merawatku dirumah?” tanya Zhifa memastikan.
“Aku janji,” jawab Tomy.
Zhifa langsung bangkit dari ranjangnya dan langsung memeluk Tomy, Tomy hanya terdiam sejenak tetapi dia segera membalas pelukan dari gadis tersebut, kedua orang tua Zhifa hanya tersenyum melihat putri mereka mau dioperasi.
‘Aku janji Zhifa, aku akan merawatmu dengan baik sampai kau sembuh,’ batin Tomy. (Bersambung)