“Ayah, Bunda.. Kei bawa berita bagus loh. Ayah sama bunda pasti seneng dengernya. Keisha sekarang lagi hamil cucunya ayah sama bunda. Tapi keisha sedih bun, yah. Karna ayah anak Keisha tak mau anak ini. Tapi ngak papa kok Keisha akan rawat anak ini sampai dia bisa ngelihat dunia. Karna harta Keisha satu-satunya sekarang adalah anak Keisha. Bun, yah Keisha pamit yaa. Keisha harus pergi tapi Keisha akan selalu doain ayah bunda kok. Ayah sama bunda yang tenang yaa disana. Assalamu’alaikum ayah bunda” curhat Keisha dan pamit untuk pulang.
Begitulah aku hanya bisa berbicara pada batu nisan di hadapanku kini. Aku anak yatim piatu sejak tahun lalu. Ayah dan bunda kecelakaan sewaktu pulang dari acara kelulusan SMA ku.
“Sha?” panggil Mila.
“Iya Mil, kenapa?” sahut Keisha.
“Lo sekarang maunya gimana?” tanya Mila.
Yaa waktu sepulang dari aku bertemu dengan Keinan aku langsung pergi ke rumah Mila sahabatku menceritakan segalanya.
“Aku akan pergi mil. Pergi dari kota ini sejauh mungkin!” ujar Keisha.
“Lo mau kemana?” tanya Mila.
“Aku mungkin akan pergi ke Singapur, Mil. Rumah yang ada di sini akan ku jual saja untuk biayaku di sana,” ujar Keisha.
“Gua ikut!” pinta Mila.
“Tapi Mil,” ucap Keisha.
“No.. gua ngak nerima penolakan. Gua bakal ikut sama lo karna itu ponakan gua. Gua harus ada dan harus nyaksiin tumbuh kembang dia!” seru Mila.
“Tapi Mil,” ucap Keisha tak enak.
“Tapi apalagi sih sha?! Lo ngak seneng gua ikut sama lo. Oke fine!” seru Mila pura-pura ngambek.
“Ngak gitu, Mil. Aku malah seneng kamu ikut. Tapi kamu ngk apa-apa kalo ikut sama aku karna di sana kita bakal susah!” ucap Keisha.
“Udahlah Sha. Susah seneng kita sama-sama. Dan masalah uang gua masih punya tabungan dan juga di sana nanti kita bisa kerja kan?” ujar Mila meyakinkan.
“Baiklah Mil. Makasih kamu selalu ada buat aku…” pasrah Keisha.
“Adanya gua yang makasih sama lo, Sha. Tanpa lo mungkin gua ngak pernah ngrasain rasanya punya saudara!” ucap Mila.
Mereka saling berpelukan hingga akhirnya mereka memutuskan untuk pulang mengurus segala keperluan kepindahan mereka.
***
“Papa jangan maksa aku untuk nikah sama dia karna sampai kapanpun aku ngak mau!” bantah Keinan.
“Tapi dia hamil anak kamu, Kei. Ayah macam apa kamu ini!” marah Papa Keinan.
“Dia bukan anak aku..!” bantah Keinan lagi. (Bersambung)