Oleh : Melan Safitri
#KakTom4
‘Aku janji Zhifa, aku akan merawatmu dengan baik sampai kau sembuh,’ batin Tomy.
Perlahan Tomy melepaskan pelukannya dari Zhifa, Zhifa tampak tersenyum walaupun masih ada keraguan dan ketakutan dihati Zhifa.
Tanpa sadar ataupun mungkin gerak refleks, Tomy mengusap air mata Zhifa yang mengalir di permukaan pipi gembulnya yang imut.
Zhifa kembali berbaring di atas ranjang dan Tomy berdiri disebelah kedua orang tua Zhifa yang masih merasa tidak tega kalau anaknya harus dioperasi.
“Tidak apa apa pak bu, saya janji akan melakukan yang terbaik untuk Zhifa,” ujar Tomy kepada kedua orang tua Zhifa yang masih berdiri mematung di depan anaknya itu.
“Saya percaya, tolong lakukan yang terbaik untuk anak kami Dok,” ujar ayah Zhifa kepada Tomy.
“Inshaallah Pak, saya akan berusaha semaksimal mungkin,” ucap Tomy meyakinkan kedua orang tua Zhifa.
“Baiklah, nanti jam 4 sore Zhifa akan menjalani operasi, tolong persiapkan semuanya, saya permisi dulu Pak Bu,” ujar Tomy kepada keluarga Zhifa.
Waktu yang dinantikan tiba, Zhifa akan dibawa keruang operasi, tubuh Zhifa seakan bergetar saat akan dibawa keruang operasi, dia sangat takut ketika akan dioperasi, tapi Tomy kembali meyakinkan bahwa dia akan sembuh dan tidak akan terjadi apa-apa.
sebelum melakukan operasi Tomy menyuntikkan obat bius kepada Zhifa, agar dia tidak merasakan sakit ketika saat dioperasi nanti.
“Baiklah, sebelum kita memulai operasi ada baiknya kita berdoa agar operasi berjalan dengan lancar,” ujar Tomy kepada semua perawat yang akan mengoperasi Zhifa.
4 jam telah berlalu tetapi tidak ada tanda-tanda operasi selesai, orang tua Zhifa sangat merasa ‘waswas’ sekarang atas keadaan putri satu-satunya mereka.
Bunda Zhifa terus saja berdoa dan menangis menunggu sudahnya operasi, tak lama kemudian Tomy keluar dari ruangan operasi dengan wajah yang berseri seri.
“Dokter, bagaimana keadaan Zhifa sekarang?” tanya orang tua Zhifa.
“Alhamdulillah, operasinya berjalan lancar dan semuanya baik-baik saja.” Tomy menjawab pertanyaan dari orang tua Zhifa.
“Alhamdulillah ya Allah, lalu sekarang keadaan Zhifa bagaimana Dok?” bunda Zhifa bertanya tentang keadaan anaknya sekarang.
“Zhifa masih belum sadarkan diri, mungkin efek dari obat bius tapi tenang saja beberapa jam kemudian dia akan segera sadar,” jawab Tomy sambil menyunggingkan senyum manis berlesungnya.
Beberapa jam telah berlalu, akhirnya Zhifa telah sadar dan sekarang Zhifa dibawa kedalam ruang inap, Tomy langsung menghampiri ruangan Zhifa.
“Zhifa, operasinya lancar sesuai dengan janjiku tadi, kita akan pulang besok pagi,” ujar Tomy menepati janjinya kepada Zhifa tadi.
“Kenapa nggak sekarang aja sih Kak? Aku pusing di sini karna bau obat-obatan, Kak.” Zhifa memaksa Tomy untuk membawanya pulang sekarang juga.
Tomy yang mendengar permintaan Zhifa hanya tersenyum singkat, dia langsung duduk disebelah Zhifa.
“Kamu baru selesai dioperasi, tenanglah besok pagi kita akan pulang kerumahmu jadi sekarang kau istirahatlah untuk mengembalikan tenagamu setelah dioperasi tadi,” jawab Tomy kepada Zhifa.
Zhifa yang mendengar itu hanya menganggukan kepalanya pelan, Zhifa mencoba memejamkan matanya walaupun sulit tapi dia terus mencoba memejamkan matanya karna dia tidak sabar untuk pulang besok hari.
Matahari masuk disela-sela jendela ruangan Zhifa, kedua orang tua Zhifa sudah mempersiapkan barang barang Zhifa untuk dibawa pulang.
“Yess udah pagi, ayuk Bun Yah kita pulang sekarang,” ucap Zhifa tak sabar.
“Tenang Zhifa, tunggu dokter Tomy ke sini dulu untuk melepas infusmu nak.” orang tua Zhifa hanya terkekeh pelan melihat tingkah anaknya yang sudah tidak sabar ingin pulang.
Akhirnya Tomy datang keruangan Zhifa dia melihat gadis itu menatapnya dengan tatapan sinis, Tomy hanya mengerutkan dahinya tak paham kenapa gadis itu mentapnya seperti itu.
“Kamu kenapa? apa ada yang salah denganku?” tanya Tomy bingung kepada Zhifa.
“Kakak lama banget sih, cepetan ih lepasin ini infusnya aku sesak di sini pengen pulang,” ucap Zhifa meninggikan suaranya karena kesal kepada Tomy.
Tomy hanya tertawa pelan dan langsung menuju ke sebelah ranjang Zhifa, dia hanya menatap Zhifa tanpa ingin melepaskan selang infus di tangan Zhifa, Zhifa yang melihat itu hanya meringis saja karena Tomy tak kunjung melepaskan selang infusnya.
“Ish, Kak Tom cepet lepasin infusnya kenapa kakak diem aja sih di sana aku udah sesak di sini,” ujar Zhifa kesal kepada Tomy.
“Nggak mau.” Tomy membalas singkat Zhifa dengan tangan dilipat didepan dadanya.
“Kok nggak mau? Ih, Kak lepasin, Bunda liat nih kak Tom gamau lepasin infusnya Bun.” Zhifa merengek mengadu kepada bundanya.
kedua orang tua Zhifa hanya tertawa geli melihat interaksi antara Tomy dan anak mereka Zhifa.
“Kakak mau lepasin tapi kamu harus bicara dengan lebih lembut dulu,” ucap Tomy kepada Zhifa.
“Ihh ogah, cepetan lepasin Kak ihh.” Zhifa terlihat sangat geram kepada Tomy.
“Ya udah kalau nggak mau kakak ga akan lepasin.” balas Tomy dengan nada santai kepada Zhifa.
“Iss, iya-iya, Kak Tom yang baik, tampan, gagah, tinggi tolong lepasin selang infus Zhifa ya Kak, Zhifa udah sesak di sini Zhifa pengen pulang, Kak,” ucap Zhifa dengan nada yang dibuat buat dan senyuman yang dipaksa.
Tomy hanya terkekeh geli mendengar penuturan dari Zhifa, dia mulai melepaskan selang infus yang berada ditangan Zhifa dengan mata terus saja memandang gadis itu yang sedang kesal padanya.
‘Gadis polos, lugu,’ batin Tomy. (Bersambung)