Oleh : Misrawati
“Kenapa lo diem? Ngak bisa jawabkan lo.”
“Udah Rey, lo ngomong sampai mulut lo jadi iklan sabun juga ngak akan denger dia.”
“Gua lagi ceramah, bukan promosiin sabun, Royco.”
“Eh Riko ya nama gua, bukan royco.”
“Suka-suka gua lah.”
“Wahh ngajak gelud yaa lo.”
“Ayo sini, gua jabanin.”
“Ehh kenapa malah kalian yang ribut sihh.”
“Rey tuh Kei.”
“Eh apa gua. Lo kali.”
“Lo.”
“Lo.”
“Ribut lagi kalian dua, angkat kaki dari rumah gua.”
“Lo ngusir kita, Kei. Abang jahat.”
“Ngak usah drama lo, Rik.”
“Hamba yang ternistakan ya Allah.”
“Sa ae kulit nangka.”
******
“Alhamdulillah, kita sampai dengan selamat.”
“Lo alhamdulillah, gua yang astagfirullah.”
“Lah kenapa, Mil?”
“Gua takut ponakan gua kenapa-napa. Lo lagi hamil muda gitu, terus kita perjalan jauh kek gini.”
“Hehehe.. Jangan khawatir, Mil. Ponakan kamu kuat kok.”
“Bisa aja lo. Sekarang kita kemana nih?”
“Kita cari apartemen yang murah aja, Mil. Ngak apa-apa sederhana yang penting kota punya tempat berteduh dari panas dan hujan.”
“Iya gua tau, tapi apa lo tau dimana tempatnya?”
“Tau kok, karna sebelum kita ke sini aku sudah nyari lewat internet.”
“Gila ya lo, persiapan banget ketahuan banget niatnya.”
“Semua harus aku persiapkan dari sekarang, Mil. Karna kebutuhan kita mulai ke depannya akan bertambah seiring pertumbuhan anak aku.”
“Uluh.. uluhh.. ibu siaga ya lo.”
“Itu semua agar anak aku ngak merasa ke kurangan, Mil. Cukup aku yang hidup susah, anak aku jangan.”
“Okelah mom strong, gua dukung apa pun itu selama itu hal yang baik.”
“Makasih, Mil.”
“Andai nih yaa kata makasih itu adalah uang, mungkin sekarang gua udah jadi kaya raya. Secara lo ngucap makasih mulu sama gua.”
“Makasih itu uang loh, Mil. Tapi dalam bentuk penghargaan, aku menghargai semua bantuanmu. Di dunia ini dua hal yang sulit untuk orang lakukan. Pertama, berucap maaf. Kedua, berucap terimakasih.” (Bersambung)