Oleh : Melan Safitri
#KakTom5
‘Gadis polos, lugu,” batin Tomy.
semua peralatan medis sudah terlepas dari tubuh Zhifa, gadis ini tampak sangat senang karena dia sudah bisa pulang ke rumahnya hari ini juga.
Tomy membawa Zhifa naik ke kursi roda karena Zhifa belum dibolehkan oleh Tomy berjalan demi kesembuhan Zhifa, Tomy mendorong kursi roda Zhifa menuju mobilnya di parkiran.
Tomy sengaja ingin membawa Zhifa pulang menggunakan mobilnya, sedangkan orang tua Zhifa pulang menggunakan mobil milik mereka berdua.
Di dalam mobil sangat hening, tak ada yang membuka suara terlebih dahulu, Tomy sesekali menatap wajah Zhifa saat dia menatap Zhifa gadis itu menoleh padanya dan mengangkat sebelah alisnya.
“Kenapa kak? Kok natap aku gitu?” tanya Zhifa heran kepada Tomy yg menatapnya sedari tadi.
“Nggak papa kok, kamu sekarang kelas berapa sih?” Tomy bertanya balik kepada Zhifa.
“Masih kelas sebelas Kak, bentar lagi udah mau ujian kenaikan kelas doain aku ya Kak,” ujar Zhifa pada Tomy.
Tomy hanya menatap sambil tersenyum manis kepada Zhifa tanpa sadar tangan Tomy terarah ke atas pucuk kepala Zhifa, dan mengacak acak rambut Zhifa pelan.
‘Deg.’
Jantung Zhifa terasa berdetak lebih cepat daripada biasanya, dia bingung kenapa perasaannya seperti ini sekarang tapi Zhifa hanya menatap Tomy dan mengerjapkan matanya beberapa kali.
Tomy yang melihat itu tersadar kalau tangannya berada di atas pucuk kepala Zhifa, dia merasa aneh sendiri kepada perasaannya kenapa dia bisa tiba tiba seperti ini pada gadis itu.
Tomy kembali fokus pada jalanan, tak ada yang membuka suara lagi keadaan kembali hening entah mungkin karena mereka masih merasa heran satu sama lain terhadap perasaan mereka masing masing.
Mobil bermerk berwarna putih membelah jalanan ibukota, akhirnya mereka sampai dirumah Zhifa, Tomy langsung membantu Zhifa turun dari mobil dan membawanya keatas kursi roda.
Tomy langsung membawa Zhifa masuk kerumahnya dan langsung mengangkat Zhifa untuk didudukkan disofa ruang tamu mereka.
“Terimakasih Dok sudah membantu Zhifa,” ucap bunda Zhifa berterimakasih kepada Tomy.
“Sama-sama Bu, ini udah tugas saya,” jawab Tomy.
“Bun, Yah aku kekamar dulu yah pengen mandi, udah gerah nih,” ujar Zhifa.
“Kamu udah bisa jalan?” tanya Tomy.
“Bisa kok Kak, tenang aja, ya udah aku ke kamar dulu ya Kak mau mandi dulu,” jawab Zhifa.
Tomy hanya menganggukan pelan kepalanya, Zhifa berjalan meninggalkan mereka dan masuk ke kamarnya dengan perlahan karna tenaganya belum terkumpul semua.
Saat berada di dalam kamarnya Zhifa mendudukkan bokongnya diatas ranjang dan melihat ke sekeliling kamarnya, penglihatannya terhenti saat melihat sebuah boneka panda, Zhifa mengambilnya dan langsung memeluknya.
saat memeluk boneka panda itu air mata Zhifa lolos jatuh membasahi kedua pipi mulusnya itu, boneka itu adalah pemberian dari Fero mantan kekasih Zhifa.
“Sejujurnya aku masih sayang sama kamu, Fer,” ucap Zhifa sambil menatap boneka itu dengan air mata masih membasahi pipinya.
Fero adalah mantan kekasih Zhifa mereka pacaran sekitar 5 bulan saja, tapi Zhifa harus memutuskan hubungannya dengan Fero karna cowo ini ketahuan selingkuh dibelakang Zhifa.
Tomy hanya berdiri didepan pintu kamar Zhifa yang sedikit terbuka, dia tidak tau pasti kenapa Zhifa menangis saat ini tapi dia sempat mendengar nama Fero yang disebut sebut oleh Zhifa.
Tomy perlahan masuk kedalam kamar Zhifa dan mendekatinya yang masih menangis tanpa suara, Tomy duduk disebelah Zhifa sontak gadis itu sedikit merasa kaget saat melihat Tomy yg berada disebelahnya.
“Kenapa nangis? Kepalanya masih sakit?” tanya Tomy kepada Zhifa.
“Nggak kok Kak nggak sakit kok,” jawab Zhifa sambil menghapus air matanya.
“Terus kenapa nangis?” Tomy kembali bertanya.
“Nggak kok Mak, tdi kelilipan aja kok,” jawab Zhifa berbohong kepada Tomy.
“Nggak usah bohong, cerita aja sama kakak,” ujar Tomy yang tau akan kebohongan Zhifa.
Zhifa kembali menangis dan langsung memeluk Tomy, Tomy hanya terdiam sebentar dan langsung membalas pelukan Zhifa saat dia mendengar isakan tangis Zhifa semakin menjadi jadi.
“Nggak usah cengeng cuma gara-gara cowok,” ujar Tomy kepada Zhifa.
“Kakak tau dari mana aku nangis karna cowo?” Zhifa melepaskan pelukannya dari Tomy dan langsung menatap kearah Tomy.
“kakak denger kamu nyebut-nyebut nama Fero atau apalah itu, dia cowok kan?” tanya Tomy.
“Hmm iya, Fero mantan aku Kak tapi dia selingkuhin aku dibelakang aku Kak, aku nggak nyangka kalau dia bisa gini ke aku, walaupun kami pacaran cuman sebentar tapi aku sayang sama dia, Kak,” ucap Zhifa bercerita tentang masalahnya.
“Cowo kayak gitu nggak pantes ditangisin, udah biarin aja kakak yakin kamu bakal dapat cowo yang lebih baik dari dia,” ujar Tomy mencoba menenangkan Zhifa.
“Yang kayak Kakak gitu?” tanya Zhifa segera spontan.
Tomy hanya mengerutkan keningnya heran atas perkataan Zhifa tadi.
“kenapa kayak kakak?” tanya Tomy kepada Zhifa.
Zhifa hanya membekap mulutnya karna perkataannya tadi, dia merasa sangat malu sekarang mungkin wajahnya sekarang sudah merona.
“Ah, nggak kok Kak, Kakak keluar sana aku pengen mandi dulu,” ujar Zhifa mengalihkan pembicaraan.
“Oh, ya udah, Kakak keluar dulu,” jawab Tomy langsung keluar kamar Zhifa.
Saat melihat Tomy sudah keluar dari kamarnya, Zhifa langsung mengutuk dirinya sendiri atas perkataannya tadi.
“Ihh, Zhifa, kamu ngomong apa sih? Kok ngomong gitu ke kak Tom?” Zhifa bertanya pada dirinya sendiri.
“Kalau kak Tom salah tanggap gimana coba? Dasar mulut lemes, ih,” ujar Zhifa.
Zhifa akhirnya telah selesai mandi dan langsung ke luar kamarnya, dia melihat Tomy yang masih duduk di sofa sambil memainkan ponselnya, Zhifa langsung menghampiri Tomy yang duduk disana.
“Kak Tom belum pulang?” tanya Zhifa.
“Ngusir kakak?” Tomy berbalik bertanya kepada Zhifa.
“Nggam kok, dih sensi banget jadi cowo,” jawab Zhifa.
Bunda Zhifa langsung duduk didepan Zhifa dan Tomy dengan membawa secangkir kopi untuk Tomy.
“Bunda sengaja nggak nyuruh Tomy pulang Zhif,” ucap laras kepada anaknya.
Zhifa hanya ber’oh’ ria saja mendengar penuturan dari bundanya.
“Bun, besok aku sekolah yah soalnya bentar lagi udah mau ujian Bun,” ujar Zhifa kepada sang bunda.
“Memangnya nggak bisa dipending dulu? Kamu kan baru ke luar dari rumah sakit Zhif,” ucap Laras.
“Nggak Bun, aku udah ketinggalan banyak pelajaran Bun kalau nilai aku nurun gimana coba? Boleh ya bun.” Zhifa memohon kepada bundanya.
“Bunda nggak tau harus jawab apa, coba kamu tanya ke kak Tomy dia kan tau keadaan kamu sekarang gimana,” ujar bunda Zhifa.
Zhifa hanya menyenggol pelan lengan Tomy dan menatapnya, Tomy hanya menatap datar kerah Zhifa dan langsung menghentikan kegiatannya didepan ponselnya.
“Gimana Kak? Aku boleh ya sekolah besok Kak,” Zhifa memohon kepada Tomy.
“Sebenarnya belum boleh, tapi kamu kekeh yaudah boleh tapi ingat, jangan terlalu kecapean terus jangan lupa bawa obat ke sekolah,” jawab Tomy.
“Siap kak, pasti.” Zhifa tersenyum manis kearah Tomy yang mengizinkannya untuk sekolah besok.
‘Aku masih bingung sama perasaanku, tapi kalau udah liat senyummu aku merasakan kebahagiaan yg terdalam, Zhifana Adhistira,’ batin Tomy. (Bersambung)