Celebes.news, JAKARTA – Sejumlah merek Vaksin Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) diperdagangkan dan dijual bebas di ‘pasar gelap’ melalui iklan di Darknet dan ditemukan pengiklan sekaligus penjual vaksin covid-19 yang tidak terverifikasi.
Hal tersebut disampaikan oleh pakar keamanan Kaspersky Dmitry Galov dalam siaran pers yang diterima, Senin (8/3/2021).
Melansir Republika.co.id, Peneliti Kaspersky menemukan vaksin Covid-19 dijual bebas di ‘pasar gelap’. Kaspersky memeriksa 15 pasar berbeda di Darknet dan menemukan iklan untuk tiga merek vaksin Covid-19, yaitu Pfizer, Astrazeneca, dan Moderna. Ada juga penjual yang mengiklankan vaksin Covid-19 yang tidak terverifikasi.
“Anda dapat menemukan apa saja di Darknet. Tidak mengherankan jika penjual di sana mencoba memanfaatkan proses vaksinasi yang sedang dilaksanakan hampir di seluruh penjuru dunia. Selama setahun terakhir, ada banyak penipuan yang mengeksploitasi topik Covid-19 dan banyak di antaranya berhasil,” ujar pakar keamanan Kaspersky Dmitry Galov dalam siaran pers yang diterima, Senin (8/3).
Darknet merupakan forum dan toko daring yang tidak bisa terakses oleh mesin pencari. Untuk bisa mengaksesnya, butuh browser khusus. Darknet memang kerap disalahgunakan dalam distribusi barang dan jasa secara ilegal.
Menurut dia, mayoritas penjual berasal dari Prancis, Jerman, Inggris, dan Amerika Serikat. Harga per dosis berkisar antara 250 dolar AS hingga 1.200 dolar AS, dengan biaya rata-rata sekitar 500 dolar AS. Komunikasi dilakukan melalui aplikasi perpesanan terenkripsi, seperti Wickr dan Telegram. Sementara, pembayaran diminta dalam bentuk mata uang kripto, terutama bitcoin.
Mayoritas penjual ‘bawah tanah’ ini sudah melakukan sekitar 100 hingga 500 transaksi. Kejelasan barang tersebut masih belum diketahui efektivitasnya. Dari informasi yang tersedia untuk para ahli Kaspersky, tidak dimungkinkan untuk mengetahui berapa banyak dari iklan tersebut yang merupakan dosis vaksin yang tepat dan berapa banyak iklan yang merupakan penipuan.
Untuk terhindar dari penipuan, ahli Kaspersky mengimbau publik untuk tidak membeli produk, termasuk vaksin di Darknet. Jika melihat iklan tentang sesuatu yang berhubungan dengan Covid-19, perhatikan baik-baik URL situs yang dikunjungi.
Jika hanya satu huruf yang terlihat tidak pada tempatnya, atau jika .com yang biasa telah diganti dengan .com.tk atau sesuatu yang serupa dengan itu, hal tersebut perlu dicurigai. Perlu diperhatikan juga tata bahasa dan tata letak di situs yang dikunjungi dan e-mail yang diterima. Jika terlihat mencurigakan, jangan pernah untuk melanjutkan akses lebih jauh.
“Penting bagi pengguna untuk terus berhati-hati terhadap setiap kesepakatan yang terkait dengan pandemi, dan tentu saja, membeli vaksin dari forum Darknet bukan ide yang baik,” kata Galov.
Menurut dia, bisa saja itu vaksin asli yang merupakan selundupan beberapa pihak yang mendistribusikan. Selain itu, meskipun yang dijual adalah vaksin asli, dosisnya mungkin tidak efektif pada saat tiba. Seperti diketahui, salah satu tantangan distribusi vaksin saat ini adalah persyaratan penyimpanan obat.
Contoh saja, dosis vaksin dari Pfizer dan BioNTech harus disimpan pada -70 derajat Celsius. Artinya, pengangkutan vaksin ini membutuhkan rantai pengiriman khusus. Ketika vaksin mencair, cairan itu hanya dapat bertahan selama lima hari.
Vaksin Moderna sedikit lebih mudah untuk diangkut. Vaksin ini membutuhkan penyimpanan -20 derajat Celsius. Sedangkan Astrazeneca dapat disimpan pada suhu lemari es normal. Tapi, mempertahankan suhu tersebut di seluruh rantai pengiriman bukanlah hal yang mudah. Pembeli pun tidak memiliki cara untuk mengetahui bahwa vaksin telah disimpan dengan benar atau saat dicairkan.
Di samping jual beli vaksin, pasar gelar daring ini pun menjual sertifikat vaksin palsu. Negara-negara Eropa adalah sumber utama untuk sertifikat ini dengan seharga sekitar 20–25 dolar AS.
Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni meminta Polri memperketat pengawasan distribusi vaksin Covid-19 di Indonesia. Terlebih, kata dia, interpol juga telah menemukan adanya sindikat distributor vaksin Covid-19 palsu global di Cina dan Afrika Selatan (Afsel).
“Adanya isu terkait vaksin palsu yang tersebar di beberapa negara di Asia dan Afrika ini sungguh mengkhawatirkan. Memang untuk saat ini vaksin palsu tidak ditemukan di Indonesia, tetapi dengan ada informasi tersebut kita perlu waspada,” kata Sahroni.
Polisi di Afsel dan Cina sebelumnya telah menyita ratusan vaksin Covid-19 palsu. Di Ibu Kota Afsel, Johannesburg, polisi menemukan 400 ampul atau setara 2.400 dosis vaksin palsu. Sementara, sebanyak 80 orang di China ditangkap di sebuah pabrik yang menjadi pusat penyimpanan vaksin Covid-19 palsu dan sebanyak 3.000 dosis vaksin disita.
Menurut Sahroni, meskipun vaksin palsu belum ditemukan, Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan mendapatkan vaksin palsu tersebut. Dengan demikian, pengawasan sangat penting untuk mengantisipasi jangan sampai munculnya kasus vaksin palsu menurunkan kepercayaan masyarakat Indonesia untuk melakukan vaksinasi. (*/MaL)
Foto : Istimewa