Oleh : Jefry Yohanis Makalegi
Celebes.news, Opini – Saya mengikuti pergulatan pemikiran dan gerakan politik Fahri Hamzah, sejak 2003 saat bergabung dengan KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia).
Lanjut saat Fahri menjadi President KA KAMMI (Keluarga Alumni KAMMI). Kritikan Fahri Hamzah yang menyebut “oposisi planga plongo”. telah membuat dunia politik dunia maya menjadi ramai.
Ini akibat kesalahan memahami oposisi dalam tradisi presidensial, sebut Fahri.
“Bagi Fahri Hamzah, kritikan adalah bumbu demokrasi, agar demokrasi memiliki cita rasa dan bagus untuk menjaga keseimbangan dalam sitem pemerintahan. Keramaian akibat kritikan oposisi planga-plongo, menguatkan sikap Fahri Hamzah sebagai politikus bernyali”.
Mari kita tengok suatu kisah tanggal 15 November 2017. Waktu beranjak siang, maskapai plat merah, Garuda Indonesia landing mulus di Bandara Sam Ratulangi Manado. Rombongan anggota DPR RI bersiap turun dari pesawat.
Baca juga : Masuk Tiga Besar di Sulut, Ketua DPW Gelora Sulut Kunjungi DPD Gelora Bolmut
Mendadak, wakil Gubernur Steven Kandouw, membisiki kesalah satu anggota DPR RI yang hendak turun dari tangga pesawat.
“Pak didepan ada demonstrasi massa yang menolak kedatangan Bapak di Manado”. Kepada Pak wakil Gubernur, anggota DPR RI itu berkata, “demo itu biasa,” Anggota DPR RI itu yang bernama Fahri Hamzah, meminta izin kepada Wakil Gubernur untuk orasi dihadapan demonstran massa. Kejadian penolakan ini adalah buntut dari isu yang mengaitkan Fahri Hamzah dengan Front Pembela Islam (FPI)”.
Baca juga Hari Ini, Rakornas Partai Gelora di Gelar
Saat itu, sedang semarak pelaksanaan pawai kebangsaan dibeberapa kota dan selalu disambut antusias. Dalam pawai ini, Fahri Hamzah memberikan ruang terbuka bagi para follower maupun haters, untuk adu argumentasi pemikiran diruang publik.
Dan dalam rencana pelaksanaan kegiatan pawai kebangsaan di Kota Manado, terganggu akibat tingginya tensi politik ketika itu dan ramainya eskalasi politik media sosial, yang menimbulkan pro-kontra kedatangan FH di Manado.
Sepekan menjelang pelaksanaan pawai kebangsaan, di media sosial, semakin kuat informasi penolakan FH ke Manado. Tensi politik nasional yang tinggi ini akibat efek isu yang mengaitkan FH dengan organsiasi Front Pembela Islam.
Saya Sebagai ketua KA KAMMI dan penanggungjawab pawai kebangsaan di Kota Manado, Sulawesi Utara, meminta agar FH menunda rencana kegiatan pawai kebangsaan.
“Dan saya juga menyampaikan, bahwa sehari menjelang jadwal kedatangan FH, masyarakat adat, mahasiswa dan elemen pemuda se-Sulawesi Utara berkumpul di rumah Gubernur Olly Dondokambey (Gubernur Sulawesi Utara)”.
Bersama beberapa senior, saya diminta untuk mempresentasikan perihal agenda pawai kebangsaan FH di kota Manado. Melihat situasi elemen yang cenderung “emosional”.
Saya meminta FH menunda kedatangannya di Manado. Namun, secara santai, saat saya memberitahu hal ini kepada FH.
“FH menanggapi dengan tenang, “nanti kita dialog,” ujarnya dengan santai,”.
Pagi hari menjelang kedatangan bang Fahri Hamzah. Ribuan masyarakat, berkostum hitam bergerak ke Bandara Sam Ratulangi. Mirip susana mau perang antar suku, ada samurai, tombak dan lainnya.
“FH dijemput di tangga pesawat, wakil Gubernur, Steven Kandouw, menghampiri dan membisik. “Pak Fahri, mohon jangan. tetap di pesawat, didepan itu demonstran tidak terkontrol”. Santai FH berkata; “demo itu biasa, saya juga seorang demonstran.”
Kepada Wagub Steven Kandow, FH menawarkan untuk orasi dihadapan demonstran dari berbagai elemen itu. Atas bantuan pemerintah kota Manado dan pengawalan aparat kepada FH, FH berdialog dengan berbagai elemen massa dikantor Gubernur Sulawesi Utara, dengan tokoh Agama, tokoh masyarakat, aktivis Mahasiswa dan Pemuda.
‘FH menyampaikan silahkan koreksi, kritik, debat semua pernyataan-pernyataannya, demokrasi menyediakan ruang adu gagasan dan pikiran. Dalam dialogis itu FH, mendengarkan, menerima aspirasi dan menjawab semua pertanyaan yang muncul. Menetralkankan suasana, yang menjadi lebih kondusif dan bersahabat,”.
Kawan, jika Anda lihat, bagaimana tingginya eskalasi emosi dan chaos sewaktu kedatangan FH, dan kemampuan FH memasuki iklim eskalasi dengan dialog, menjadikan FH sebagai politikus tangguh. Tak salah, jika semakin kesini, narasi kebangsaan Bang Fahri makin bernyali. Salam.
Diketahu, Jefry Yohanis Makalegi adalah KA KAMMI dan juga Ketua DPW Partai Gelora Sulawesi Utara.