Oleh : Nur Sita. ST
๐๐๐ฃ๐๐ฉ๐๐ฅ๐๐ฃ ๐๐๐
Dua bulan setelah peristiwa sumpah pemuda , para perempuan aktivis kemerdekaan bertemu dalam Kongres perempuan Indonesia.
Tepat pada tanggal 22 Desember 1928 , Kongres tersebut dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera yang diselenggarakan di Djojodipuran, Yogyakarta.
Kongres ini telah mempertemukan organisasi-organisasi perempuan Indonesia dan merumuskan arah perjuangan dan kontribusi perempuan terhadap persoalan bangsa Indonesia dalam satu forum bersama tanpa memandang latar belakang agama, politik, dan kedudukan sosial dalam masyarakat.
Lalu pada tahun 1938 diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia ke-III dan menetapkan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu dan menjadi tonggak sejarah Hari Ibu di Indonesia.
Dan selanjutnya Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 menetapkan bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional, hingga kini.
๐๐๐ง๐๐ฃ ๐๐๐ช
Hal yang menarik pada peringatan hari ibu di Indonesia, kita menemukan berbagai bentuk ceremonial yang dilakukan untuk merefleksikan penghargaan terhadap peran ibu.
Konsepsi tentang peran ibu pun diasosiasikan secara beragam oleh berbagai organisasi, instansi pemerintah maupun swasta, hingga individu masyarakat. Ada yang memposisikan peran ibu secara khusus hanya pada lingkungan keluarga, dan kini tidak sedikit yang memahami kembali peran ibu yang lebih luas, yaitu sebagai bagian dari entitas masyarakat yang juga punya tanggung jawab terhadap persoalan publik.
Terlebih lagi, upaya kritis yang dibutuhkan oleh para ibu dalam keluarga juga secara langsung dan tidak langsung akan dipengaruhi oleh situasi dan kebijakan publik yang ada.
Tanpa kehadiran para ibu dalam peran yang lebih luas di masyarakat dan negara, maka kebijakan publik yang sensitif terhadap kebutuhan ibu dalam keluarga _sebagai peran yang tidak tergantikan_, pun lebih sulit untuk dapat terwujud. Maka pada dasarnya Peringatan Hari Ibu (PHI) merupakan bentuk dorongan dan apresiasi atas peran para ibu baik dalam keluarga, masyarakat, hingga bangsa dan negara.
๐๐ค๐ก๐๐๐ค๐ง๐๐จ๐
โHanya sedikit pekerjaan yang bisa dilakukan sendirian, namun bersama-sama bisa kerjakan banyak halโ โ Hellen Keller
Menyikapi latar belakang lahirnya peringatan hari ibu, serta semakin banyaknya organisasi perempuan yang hadir dan terus bergerak saat ini, cukup menjadi bahan evaluasi dan refleksi tentang apa yang diperlukan oleh para perempuan, dalam rangka memperkuat peran strategisnya mengatasi persoalan dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Sekian banyaknya organisasi perempuan yang hadir saat ini, kenyataannya persoalan kita masih terus ada dan berputar pada wacana-wacana yang sama dan sebagiannya bahkan belum juga berkembang.
Dan ketika muncul gerakan perempuan yang lebih progresif , hampir selalu ada hambatan yang hadir dari sisi yang berbeda, dan belum mampu untuk dilawan kecuali dengan kebersamaan, dukungan kuat, serta kolaborasi dengan gerakan yang lainnya.
Bahkan pertentangan antar sesama gerakan perempuan pada wacana-wacana tertentu, masih menjadi problem hingga saat ini.
Polarisasi yang terlanjur terbentuk baik oleh perbedaan afiliasi politik dan ideologi gender, tidak jarang menjadi penghambat atas hadirnya sejumlah kebijakan publik yang justru sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas.
Presiden Soekarno dalam salah satu peringatan Hari Ibu menegaskan peran perempuan sebagai tiang negara dan mendorong perempuan bersatu agar negara Indonesia tetap kuat.
Sejarah lahirnya peringatan hari ibu, sudah semestinya dapat mengingatkan bahwa gerakan perempuan penting untuk membangun kolaborasi.
๐๐ฎ๐๐ง๐๐ฉ ๐๐ค๐ก๐๐๐ค๐ง๐๐จ๐
Dalam upaya membangun kolaborasi, dibutuhkan beberapa syarat agar kolaborasi menjadi benar-benar kuat. Syarat pertama adalah adanya kesatuan visi.
Menegaskan kembali tentang tujuan yang ingin dicapai. Bahwa perempuan penting untuk mengambil peran dan berkontribusi pada kemajuan bangsa.
Semangat mengambil peran inilah yang kemudian mendorong para perempuan untuk terus upย to date dengan kebutuhan zamannya. Meningkatkan kapasitas personal dan organisasi agar orientasi dan strategi gerakan dapat benar-benar terarah.
Kesatuan visi dapat meminimalisir sekat yang tidak lagi relevan dengan agenda strategis yang lebih prioritas untuk diperjuangkan.
Saatnya kita menatap kembali agenda-agenda strategis yang penting untuk ย menghadirkan peran kita disana. Agar upaya kritis yang diperjuangkan dapat maksimal terealisasikan.
Dengan mempertemukan para perempuan dari berbagai latar belakang, mendorong keterlibatan berbagai pihak, mengoptilkan setiap potensi personal dan organisasi akar rumput, serta keterlibatan lembaga pemerintahย dan perangkat negara yang lainnya, berbagai persoalan strategis dapat diselesaikan.
Harapannya, perempuan bisa bekerja sama untuk membangun perubahan yang lebih besar lagi.
Selamat Hari Ibu, selamat berkolaborasi. Terimakasih kepada semua ibu yang telah memberikan dedikasinya pada setiap peran yang diemban.